BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
Usaha budidaya ikan lele sudah banyak dikembangkan
dikalangan masyarakat. Bibitnya yang relatif murah dan mudah didapatkan
merupakan alasan mengapa budidaya lele lebih diminati. Selain itu,
pembesarannya yang mudah dan tidak perlu pemantauan khusus. Harga jualnya tak
kalah dengan ikan-ikan konsumsi lainnya yang beredar dipasaran. Praktikum pembesaran lele dilakukan agar mahasiswa dapat memahami bagaimana
dalam menerapkan teori-teori yang telah diberikan oleh dosen. Kemudian
mahasiswa juga dituntut untuk dapat mengetahui dan dapat memecahkan
masalah-masalah yang ada dalam proses budidaya tersebut, seperti adanya kematian
yang berlebih, kualitas air yang kurang bagus, kurangnya pakan alami dan
lain-lain. Sehingga dengan adanya pengalaman memecahkan masalah tersebut mahasiswa tahu bagaimana cara menanganinya secara
cepat dan tepat agar budidaya ikan tersebut dapat berjalan kembali.
Menurut Mudjiman (1998), pertumbuhan didefinisikan
sebagai perubahan ikan dalam berat, ukuran, maupun volume seiring dengan
berubahnya waktu. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal. Faktor internal merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan ikan
itu sendiri seperti umur, dan sifat genetik ikan yang meliputi keturunan,
kemampuan untuk memanfaatkan makanan dan ketahanan terhadap penyakit. Faktor
eksternal merupakan faktor yang berkaitan dengan lingkungan tempat hidup ikan
yang meliputi sifat fisika dan kimia air, ruang gerak dan ketersediaan makanan
dari segi kualitas dan kuantitas.
Didalam
pengelolaan pemberian pakan tentunya dituntut untuk membuat manajemen pemberian
pakan yang efektif dan efisien sehingga pembesaran ikan lele dapat optimal.
Selain itu ketersediaan pakan dan oksigen sangat penting bagi ikan untuk
keberlangsungan pertumbuhannya. Pemberian pakan pada ikan yang
dibesarkan harus dilakukan secara tepat, jumlah, ukuranan sifat pakan, teknik
serta waktu pemberian pakan. Hal ini penting supaya nantinya kita benar-benar
mengetahui secara pasti teknik pemberian pakan yang benar dan baik.
1.2 Tujuan
Mahasiswa mampu mengukur tingkat
kelangsungan hidup ikan lele
Mahasiswa mampu menghitung laju
pertumbuhan dan efisiensi pakan.
Mahasiswa mampu membuat manajemen
pengelolaan pemberian pakan pada ikan lele secara efektif dan efisien
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Frekuensi pemberian pakan
. Pemberian
pakan pada benih ikan umur 7 sampai 15 hari biasanya diberi pakan dalam bentuk
tepung dan remah. Benih umur 15 sampai 30 hari dapat diberi pakan berupa pelet
yang berdiameter ± 1 mm atau disesuaikan dengan bukaan mulut ikan. Pakan ini
diberikan 3-5 kali sehari (Soetomo, 1987).
Frekuensi pemberian pakan adalah jumlah pemberian
pakan per satuan waktu, misalnya dalam satu hari pakan diberikan tiga kali.
Pada ukuran larva frekuensi pemberian pakan harus tinggi karena laju
pengosongan lambungnya lebih cepat, dan dengan semakin besarnya ukuran ikan yang dipelihara maka frekuensi
pemberian pakannya semakin jarang. Laju evakuasi
pakan didalam lambung atau pengosongan lambung ini tergantung pada ukuran dan
jenis ikan kultur, serta suhu air (Effendi, 2004). Untuk ikan lele, satu sampai
tiga hari setelah tebar pakan diberikan empat kali dalam sehari dan setelah itu
tiga kali.
2.2.Kualitas
air
Suhu yang baik untuk kehidupan lele adalah suhu yang berkisar antara 20-30oC. Tetapi suhu optimalnya adalah 27oC. kandunga
oksigen terlarut > 3 ppm, pH 6.5-8 dan NH3 sebesar 0.05 ppm
(Khairuman dan Amri, 2002).
Kandungan
oksigen yang terlalu tinggi akan menyebabkan timbulnya gelembung-gelembung
dalam jaringan tubuhnya. Sebaliknya penurunan kandungan oksigen secara
tiba-tiba, dapat menyebabkan kematiannya. (najiyanti, 1992).
2.3.Manajemen pemberian
pakan
Dalam manajemen pemberian
pakan ada 6 faktor yang harus diperhatikan, yaitu :
1.
Feeding frekuensi
2.
Feeding time
3.
Feeding behaviour
4.
Feeding habits
5.
Feeding periodicity
6.
Feeding level
2.4. Tingkat
kelangsungan hidup.
Kelangsungan
hidup adalah peluang hidup suatu individu dalam waktu tertentu, sedangkan
mortalitas adalah kematian yang terjadi pada suatu populasi organisme yang
menyebabkan berkurangnya jumlah individu di populasi tersebut (Effendi, 1979).
Tingkat kelangsungan hidup akan menentukan produksi yang diperoleh dan erat
kaitannya dengan ukuran ikan yang dipelihara.
Kelangsungan hidup benih ditentukan oleh kualitas
induk, kualitas telur, kualitas air serta perbandingan antara jumlah makanan
dan kepadatannya. Padat tebar yang terjadi dapat menjadi salah satu penyebab
rendahnya tingkat kelangsungan hidup suatu organisme, terlihat kecenderungannya
bahwa makin meningkat padat tebar ikan maka tingkat kelangsungan hidupnya akan
makin kecil (Allen, 1974).
Nilai tingkat kelangsungan hidup ikan rata-rata
yang baik berkisar antara 73,5-86,0 %. Kelangsungan hidup ikan ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya
kualitas air meliputi suhu, kadar amoniak dan nitrit, oksigen yang terlarut,
dan tingkat keasaman (pH) perairan, serta rasio antara jumlah pakan dengan
kepadatan (DEPTAN, 1999).
Faktor yang
mempengaruhi kelangsungan hidup ikan lele yang perlu diperhatikan adalah padat
tebar, pemberian pakan, penyakit, dan kualitas air. Meskipun ikan lele bisa
bertahan pada kolam yang sempit dengan padat tebar yang tinggi tapi dengan
batas tertentu. Begitu juga pakan yang diberikan kualitasnya harus memenuhi
kebutuhan nutrisi ikan dan kuantitasnya disesuaikan dengan jumlah ikan yang
ditebar. Penyakit yang menyerang biasanya berkaitan dengan kualitas air,
sehingga kualitas air yang baik akan mengurangi resiko ikan terserang penyakit
dan ikan dapat bertahan hidup.
2.4. Laju pertumbuhan
dan efisiensi pakan
A.Pertumbuhan
Menurut Mudjiman (1998), pertumbuhan didefinisikan
sebagai perubahan ikan dalam berat, ukuran, maupun volume seiring dengan
berubahnya waktu. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal. Faktor internal merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan ikan
itu sendiri seperti umur, dan sifat genetik ikan yang meliputi keturunan,
kemampuan untuk memanfaatkan makanan dan ketahanan terhadap penyakit. Faktor
eksternal merupakan faktor yang berkaitan dengan lingkungan tempat hidup ikan
yang meliputi sifat fisika dan kimia air, ruang gerak dan ketersediaan makanan
dari segi kualitas dan kuantitas.
B. Konversi
pakan
Konversi pakan dan efisiensi pakan merupakan indikator untuk menentukan
efektifitas pakan. Konversi pakan dapat diartikan sebagai kemampuan spesies
akuakultur mengubah pakan menjadi daging sedangkan efisiensi pakan adalah bobot
basah daging ikan yang diperoleh per satuan berat kering pakan yang diberikan.
Nilai konversi pakan menunjukkan bahwa sejauh mana
makanan efisien dimanfaatkan oleh ikan peliharaan. Oksigen secara tidak langsung mempengaruhi besar kecilnya konversi pakan.
Efisiensi pakan adalah bobot basah daging ikan yang
diperoleh per satuan berat kering pakan yang diberikan. Hal ini sangat berguna
untuk membandingkan nilai pakan yang mendukung pertambahan bobot. Efisien pakan
berubah sejalan dengan tingkat pemberian pakan dan ukuran ikan. Efisiensi pakan
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kualitas pakan, jumlah pakan,
spesies ikan, ukuran ikan dan kualitas air.
BAB
III
METODOLOGI
3.1.Waktu
dan Tempat
Adapun waktu dan tempat dalam praktikum
mata kuliah Manajemen Pemberian Pakan tentang “Pengukuran Tingkat kelangsungan
Hidup, Laju Pertumbuhan, Efisiensi Penggunaan makanan dan konversi Pakan Pada
Ikan Lele Yang dipelihara di kolam”, adalah sebagai berikut :
Hari, tanggal : 02 Oktober, 09 Oktober, 23 Oktober,
30 Oktober
Waktu : 13.30 – selesai
Tempat : Departemen Perikanan VEDCA.
A. Alat dan Bahan
Baskom
Timbangan
Mistar
Aquarium
Alat Pengukuran Kualitas Air(
Termometer, pH Meter dan DO Meter).
Ikan lele
Pakan Ikan
Air
Tissue
3.2.Langkah
Kerja ( sampling
minggu ke-1
)
1. Pada
langkah pertama yaitu siapkanlah alat dan bahan yang akan digunakan
2. Pada
sampling pertama wadah yang digunakan adalah aquarium, maka siapkan aquarium untuk pemeliharaan ikan
3. Selanjutnya
Siapkan ikan yang akan ditebar di aquarium
4. Ukurlah
berat ikan dan panjang ikan yang akan dipelihara, sejumlah 30% dari jumlah yang
akan ditebar kedalam kolam, kemudian hitunglah rata-rata berat dan panjang
ikan.
Untuk
ikan mas dan nila hitunglah faktor kondisi ikan dengan rumus :
K=
100 M/L3
5. Sebelum
ikan ditebar ukurlah terlebih dahulu wadah (Aquarium) yang akan digunakan untuk
pemeliharaan ikan.
6. Tebarlah
ikan di kolam dengan melakukan aklimatisasi terlebih dahulu
7. Buatlah
manajemen pemberian pakan untuk kegiatan pemeliharaan ikan di kolam bak. Dengan
memperhatikan kebiasaan makan dari ikan yang akan dipelihara di kolam tersebut.
8. Hitunglah
kebutuhan pakan per 1 kali pemberian pakan untuk waktu 1 mg (sebelum sampling).
Sampling dilakukan setelah 1 minggu pemeliharaan.
( Sampling Minggu ke-2 )
1. Pada
kegiatan paraktikum minggu ke-2, ikan stess diwadah aquarium, ini disebabkan
karna padat tebar yang tinggi dan wadah yang tidak mendukung, akibatnya 2 ekor
ikan mati.
2. Wadah
yang digunakan diganti menjadi wadah bak beton
3. Selanjutnya
siapkanlah Alat dan Bahan yang akan digunakan
4. Ambillah
sampel air dari kolam pmeliharaan ikan dengan botol sampel dan lakukan
pengujian parameter kualitas air : Oksigen terlarut (DO), pH air, Suhu air.
5. Lakukan
sampling ikan sejumlah 20% dari total ikan yang ada di kolam, kemudian lakukan
pngukuran panjang dan berat ikan, untuk mengukur laju pertumbuhan ikan.
6. Buatlah
kesimpulan dari hasil perhitungan laju pertumbuhan, kelangsungan hidup dan
efisiensi penggunaan makanan diatas dengan memprhatikan hasil pengujian
kualitas air.
7. Buatlah
manajemen pemberian pakan untuk kegiatan pemeliharaan ikan di kolam bak untuk
pemeliharaan minggu berikutnya. Dengan memperhatikan hasil pertumbuhan pada
minggu sebelumya.
8. Hitunglah
kebutuhan pakan per 1 kali pemberian pakan untuk waktu 1 mg (sebelum sampling).
Sampling dilakukan setelah 1 minggu pemeliharaan.
(
Sampling Minggu ke-3 )
1. Siapkanlah
Alat dan Bahan yang akan digunakan
2. Ambillah
sampel air dari kolam pmeliharaan ikan dengan botol sampel dan lakukan
pengujian parameter kualitas air : Oksigen terlarut (DO), pH air, Suhu air.
3. Lakukan
sampling ikan sejumlah 20% dari total ikan yang ada di kolam, kemudian lakukan
pngukuran panjang dan berat ikan, untuk mengukur laju pertumbuhan ikan.
4. Buatlah
kesimpulan dari hasil perhitungan laju pertumbuhan, kelangsungan hidup dan
efisiensi penggunaan makanan diatas dengan memprhatikan hasil pengujian
kualitas air.
5. Buatlah
manajemen pemberian pakan untuk kegiatan pemeliharaan ikan di kolam bak untuk
pemeliharaan minggu berikutnya. Dengan memperhatikan hasil pertumbuhan pada
minggu sebelumya.
6. Hitunglah
kebutuhan pakan per 1 kali pemberian pakan untuk waktu 1 mg (sebelum sampling).
Sampling dilakukan setelah 1 minggu pemeliharaan.
( Sampling Minggu ke-4 )
1. Siapkanlah
Alat dan Bahan yang akan digunakan
2. Ambilah
sampel air dari kolam pmeliharaan ikan dengan botol sampel dan lakukan
pengujian parameter kualitas air : Oksigen terlarut (DO), pH air, Suhu air.
3. Lakukan
sampling ikan sejumlah 20% dari total ikan yang ada di kolam, kemudian lakukan
pngukuran panjang dan berat ikan, untuk mengukur laju pertumbuhan ikan.
4. Buatlah
kesimpulan dari hasil perhitungan laju pertumbuhan, kelangsungan hidup dan
efisiensi penggunaan makanan diatas dengan memprhatikan hasil pengujian
kualitas air.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil
4.1.1. Sampling 1
Hasil
yang diperoleh pada Sampling ke-1 atau
minggu pertama adalah:
Berat rata-rata
|
: 71,56 gram
|
panjang rata-rata
|
:19,61cm
|
DO
|
: 7 ppm
|
pH air
|
: 9,22
|
Suhu air
|
: 28°Celcius
|
Feeding Rate
|
: 5%
|
Feeding frekuensi
|
: 3 x sehari
|
Feeding time
|
: 07.00, 12.00, 17.00 WIB
|
4.1.2.
Sampling
2
Hasil
yang diperoleh pada kegiatan sampling ke-2 adalah SBB:
DO : 13 ppm
|
pH air :
7,4
|
Suhu air : 28 °Celcius
|
Jumlah ikan yang diambil saat sampling
2 : 7 ekor
|
Panjang tubuh rata-rata : 20,14
|
Berat tubuh rata-rata : 49,85
|
Feeding Rate : 3%
|
Feeding frekuensi : 3 x sehari
|
Feeding Time : 07.00, 12.00, 17.00
|
v Pertumbuhan bobot mutlak :
Wm
= Wt – Wo
Wm : Pertumbuhan mutlak
Wt : Bobot Akhir
Wo : Bobot Awal
Pertumbuhan
bobot mutlak :
- 21,71
v Kelangsungan
hidup (SR) :
SR%
= Nt/No x 100%
SR:
Kelangsungan Hidup
Nt:
Jumlah ikan saat waktu t
No:
Jumlah ikan saat waktu 0
Kelangsungan
hidup: 89,74%
v Pertumbuhan
Spesifik
SGR
= (W B/Bo – 1) x 100%
Keterangan
: SGR = Laju pertumbuhan
W = Waktu yang dibutuhkan
B = Berat tubuh akhir (gr)
Bo = Berat tubuh awal (gr)
v Efisiensi
penggunaan makanan
Em
= (B + Bt) – Bo/ Tm x 100%
Keterangan
: Em = Efisiensi makanan ikan
B = Berat tubuh akhir (gr)
Bt = Berat mati (gr)
Bo = Berat tubuh awal (gr)
Tm = Total makanan yang habis selama pengujian
(gr)
4.1.3.
Sampling
3
Data yang diperoleh dari kegiatan
prktikum pada minggu ke-3 (sampling ke -3)
Sampling ke - 3
|
DO :
6,8 ppm
|
pH air :
8,7
|
Suhu air : 28 ° Celcius
|
Jumlah ikan yang diambil saat sampling
3: 6 ekor
|
Panjang tubuh rata-rata : 20,75 cm
|
Berat tubuh rata-rata : 73,33 gram
|
Pertumbuhan bobot mutlak :
Wm = Wt – Wo
Wm : Pertumbuhan mutlak
Wt : Bobot Akhir
Wo : Bobot Awal
Pertumbuhan
bobot mutlak :
73,33 – 62,5 = 10,83 gram
Kelangsungan
hidup (SR) :
SR%
= Nt/No x 100%
SR:
Kelangsungan Hidup
Nt:
Jumlah ikan saat waktu t
No:
Jumlah ikan saat waktu 0
Kelangsungan
hidup: 30/30 x 100% = 100%
Pertumbuhan
Spesifik
SGR
= Ln Wt – In Wo / T x 100%
Keterangan
: SGR = Laju pertumbuhan
W = Waktu yang dibutuhkan
B = Berat tubuh akhir (gr)
Bo = Berat tubuh awal (gr)
Pertumbuhan
spesifik : 2,9%
Efisiensi
penggunaan makanan
Em
= (Wt + D) – Wo / Tm x 100%
Keterangan
: Em = Efisiensi makanan ikan
B = Berat tubuh akhir (gr)
Bt = Berat mati (gr)
Bo = Berat tubuh awal (gr)
Tm = Total makanan yang habis selama pengujian
(gr)
Feeding
Rate: 3%
Feeding
frekuensi: 3 x sehari (20%, 30%, 50%)
Feeding
Time: 07.00, 12.00, 17.00
4.1.4.
Sampling
4
Data yang diperoleh dari kegiatan
prktikum pada minggu ke-4(sampling ke -4)
DO :
4,6 ppm
|
pH air :
9,3
|
Suhu air :
28,3 derajat celcius
|
Jumlah ikan yang diambil saat sampling 4: 6 ekor
|
Panjang tubuh rata-rata : 20,75 cm
|
Berat tubuh rata-rata :
75,83 gram
|
Pertumbuhan bobot
mutlak :
Wm = Wt – Wo
Wm : Pertumbuhan mutlak
Wt : Bobot Akhir
Wo : Bobot Awal
Pertumbuhan
bobot mutlak :
2,5
Kelangsungan
hidup (SR) :
SR%
= Nt/No x 100%
SR:
Kelangsungan Hidup
Nt:
Jumlah ikan saat waktu t
No:
Jumlah ikan saat waktu 0
Kelangsungan
hidup: 80%
Pertumbuhan
Spesifik
SGR
= Ln Wt – In Wo / T x 100%
Keterangan
: SGR = Laju pertumbuhan
W = Waktu yang dibutuhkan
B = Berat tubuh akhir (gr)
Bo = Berat tubuh awal (gr)
Pertumbuhan
spesifik : 0,57
Efisiensi
penggunaan makanan
Em
= (Wt + D) – Wo / Tm x 100%
Keterangan
: Em = Efisiensi makanan ikan
B = Berat tubuh akhir (gr)
Bt = Berat mati (gr) TIDAK DI KETAHUI
Bo = Berat tubuh awal (gr)
Tm = Total makanan yang habis selama pengujian
(gr)
Konversi
Pakan
FCR
= Berat pakan yang diberikan / Berat ikan yang dihasilkan
Konversi
makanan : 1,21
v Tabel Kualitas Air
|
v Tabel Manajemen Pemberian Pakan
Minggu ke-
|
FR
|
FF
|
|
1
|
5%
|
3x
|
07.00, 12.00, 17.00
|
2
|
3%
|
3x
|
07.00, 12.00, 17.00
|
3
|
3%
|
3x
|
07.00, 12.00, 17.00
|
4
|
3%
|
3x
|
07.00 (20%), 12.00 (30%), 17.00 (50%)
|
v Tabel Jumlah Pakan yang di Berikan
|
Cara Perhitungan
FR
x BM
( contoh minggu 1 )
= 5% x (71,56 x 39)
= 0,05 x (2790,84)
= 139,542
JPM
=
139,547 x 7
= 976,794
JP/1
x Feed = 139,542 / 3 = 46,514
v Tabel Pertumbuhan Ikan
|
Cara
Perhitungan
Wm
(contoh minggu ke 1)
= Bobot (t=7) – Bobot
(t=0)
= 46,85 – 71,56
= - 21,71 gram
W
total
= Bobot (t=28) – Bobot
(t=0)
= 74,17 – 71,56
= 2,61 gram
SGR
( minggu ke 1)
= In Wt ( t= ) – In Wt
(t=0) / 7 x 100%
= In 46,85 – In 71,56 /
7 x 100%
= ( 3,91 – 4,27 ) / 7 x
100%
= - 5,143%
SGR
total
= In Wt (akhir) – In Wo
(tebar) / 7 x 100%
= (In 74,17 – In 71,56)
/ 7 x 100%
v Tabel SR(
Survival Rate)
|
SR total = 24 / 39 x
100%
Data
Em( Efisiensi Makan)
1.
Em minggu ke 1: Bobot ikan yang mati
tidak diketahui karena ikan mati hilang.
2.
Em minggu ke 2: bobot ikan yang mati
tidak diketahui, karena ikan 4 ekor ikan menghilang dan 1 ekor ikan lepas pada
saat sampling.
3.
Em minggu ke 3: SR 100%
4.
Em minggu ke 4: bobot ikan tidak
diketahui, dan pada saat akan penimbangan ikan sudah dalam keadaan busuk.
v Tabel FCR
Minggu ke -
|
JPM
|
Jumlah ikan
|
Berat rata-rata
|
Biomassa
|
FCR/minggu
|
0
|
-
|
39
|
71,56
|
2829,84
|
-
|
1
|
976,794
|
35
|
46,85
|
1639,75
|
-0,82
|
2
|
366,40
|
30
|
62,5
|
1875
|
1,55
|
3
|
393,75
|
30
|
73,33
|
2199,9
|
1,21
|
4
|
462
|
24
|
74,17
|
1780,08
|
-1,01
|
FCR (minggu ke 2)
= Jumlah pakan minggu ke 2 / BM minggu ke 2 – BM minggu
ke 1
= 366,40
FCR total
= Jumlah pakan total / BM akhir – BM awal
4.2.Pembahasan
Kandungan oksigen yang terlalu
tinggi akan menyebabkan timbulnya gelembung-gelembung dalam jaringan tubuhnya.
Sebaliknya penurunan kandungan oksigen secara tiba-tiba, dapat menyebabkan
kematiannya. (najiyanti, 1992).
Nilai tingkat kelangsungan hidup ikan rata-rata
yang baik berkisar antara 73,5-86,0 %. Kelangsungan hidup ikan ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya
kualitas air meliputi suhu, kadar amoniak dan nitrit, oksigen yang terlarut,
dan tingkat keasaman (pH) perairan, serta rasio antara jumlah pakan dengan
kepadatan (DEPTAN, 1999).
Dari
hasil praktikum yang kita lakukan dengan jumlah total ikan lele ketika pertama
kali di masukan kedalam kolam adalah 39 ekor,setelah 1 minggu pemeliharaan
menjadi 35 ekor, dan setelah 2 minggu sisa ikan lele hanya berjumlah 24 ekor.
Berdasarkan
praktikum yang dilakukan terhadap pengelolaan pemberian pakan
terhadap ikan lele, ternyata hasil praktikum yang diperoleh dalam waktu ±4
minggu adalah dengan jumlah awal penebaran 35 ekor dan tersisa diminggu ke -4
sebanyak 24 ekor.
ini dapat disebabkan dari beberapa faktor yaitu :
ini dapat disebabkan dari beberapa faktor yaitu :
Wadah / tempat pemeliharaan
pada
sampling pertama diketahuai bahwa terdapat 2 ekor ikan mati, ini disebabkan
oleh padat tebar yang tinggi, namun daya tampung aquarium yang tidak memumpuni.
Kualitas air
Suhu yang baik untuk kehidupan lele adalah suhu yang berkisar antara 20-30oC. Tetapi suhu optimalnya adalah 27oC kandunga oksigen terlarut > 3
ppm, pH 6.5-8 dan NH3 sebesar 0.05 ppm (Khairuman dan Amri,
2002). pada data
praktikum suhu sebesar 28 oC. Ini
menunjukkan suhu mendekati optimal, namun ikan lele kurang nafsu makan, mungkin
saja ini disebabkan oleh perhitungan yang kurang falid atau ikan stress akibat
pemindahaan dari aquarium ke bak beton.Sedangkan dari data yang diperoleh yaitu
keadaan pH yang asam serta DO yang yang tinggi dapat menyebabkan ikan
kehilangan nafsu makan.
Human error
Didalam kegiatan
praktikum Human error pasti terjadi.
Pada kelompok kami keteledoran pada Controlling
membuat ikan mati sebanyak 7 ekor. Kematian ikan
disebabkan : pada saat sampling ikan lompat dan masuk ke saluran pembuangan dan 3 ekor ikan mati
diakibatkan ikan masuk ke plastik yang terdapat dalam bak.
Ø Manajemen
pemberian pakan
Pada saat pemberian pakan ikan di
minggu ke-1 dengan FR 5% dan FF 3%
efisiensi makan ikan jauh dari yang diharapkan. Akibatnya pakan yang
tidak termakan menjadi amoniak dan kualitas air jelek. Oleh karena itu pada minggu
ke 2-3 manajemen pemberian pakan menjadi FR 3% dan FF 3% (07.00, 12.00, 17.00) namun hasilnya kurang memuaskan Sedangkan untuk minggu keduanya laju pertumbuhan
harian benih ikan lele masih mengalami penurunan yang cukup besar dari bobot
minggu pertama. Berarti pakan yang dimakan oleh benih lele dan di wadah
pemeliharaan ikan lele terdapat juga ikan nila yang lompat masuk ke bak lele
sehingga pakan tersebut dimakan oleh ikan nila. Sehingga tidak dapat
meningkatkan berat bobot ikan lele tersebut. Berdasarkan
sifat ikan lele yang nocturnal
maka FF 3% (07.00 {20%}, 12.00{30%},
17.00{50%})
Ø
Laju
pertumbuhan
Berdasarkan
hasil praktikum Laju pertumbuhan memperlihatkan
kurang baik. Ini bisa jadi diakibatkan oleh human error yaitu faktor kurang teliti
pada saat melakukan penimbangan sampel ikan serta pengukuran panjang sampel
ikan lele tersebut, sehingga adanya perkiraan atau kira-kira pada hasil
sampling. Terkait dengan hasil minggu ke-4 yang laju pertumbuhannya menurun, ini
dikarenakan pada saat kita melakukan
sampling, sampel ikan yang terambil berukuran dan berbobot kecil, sehingga
hasil yang diperoleh pun seakan – akan menunjukkan laju pertumbuhan yang rendah.
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kelangsungan hidup ikan ditentukan oleh beberapa
faktor, diantaranya kualitas air meliputi suhu, kadar amoniak dan nitrit,
oksigen yang terlarut, dan tingkat keasaman (pH) perairan, serta rasio antara
jumlah pakan dengan kepadatan (Gustav, 1998 dalam Safitri 2007).Menurut Schmitou (1992) dalam Hasanah (2003) efisiensi pakan dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya kualitas pakan, jumlah pakan, spesies ikan,
ukuran ikan dan kualitas air.
Berdasarkan
hasil praktikum yang telah dilakukan maka,dapat disimpulkan bahwa praktikum
yang kita lakukan terhadap pengelolaan pemberian pakan terhadap ikan lele,
ternyata hasil praktikum yang diperoleh dalam waktu ±4 minggu dengan jumlah
total ikan lele ketika pertama kali di masukan kedalam kolam/bak adalah 39 ekor,pada
minggu pertama 2 ekor ikan mati ini desebabkan oleh kepadatan ikan lele di
aquarium. Selanjutnya ikan lele berjumlah 24 ekor. Kematian yang tidak terlalu
tinggi terhadap benih ikan lele yang kita pelihara mungkin disebabkan karena
kualitas air, suhu,DO, serta efisiensi asupan makanan/pakan dan factor
lingkungan baik dari internal maupun eksternal.
5.2.Saran
Pada kegiatan praktikan banyak terdapat human error ini terjadi karna controlling yang lemah. Maka seharusnya untuk kegiatan
praktikum mendatang lebih teliti lagi dalam melakukan pemeliharaan ikan,
khususnya pada saat sampling ikan, karena dari ketidaktelitian praktikan, dapat
menyebabkan perolehan hasil yang tidak tepat.
DAFTAR PUSTAKA
http://zaldibiaksambas.wordpress.com/2010/06/21/aspek-biologi-reproduksi-ikan-lele-clarias-batrachus/
http://seandy-laut-biru.blogspot.com/2010/09/kelangsungan-hidup-ikan-lele.html
http://stevanus-jendelausaha.blogspot.com/2011/06/perhitungan-biomasalaju.html